Kamis, 08 Desember 2011

STRATEGI PENGELOLAAN ZAT KIMIA UNTUK MENJAGA KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM

i
“Strategi Pengelolaan Zat Kimia
untuk Menjamin Keselamatan Kerja di Laboratorium“

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Pentingnya Keselamatan Kerja di Laboratorium
Selama abad yang lalu, kimia telah membuat kita semakin memahami dunia fisik dan biologis serta kemampuan kita untuk memanipulasinya. Pekerjaan yang dilakukan di laboratorium kimia di seluruh penjuru dunia terus memungkinkan kemajuan penting di dunia sains dan teknik. Laboratorium kimia menjadi pusat pemerolehan pengetahuan dan pengembangan materi baru untuk digunakan di masa depan, serta pusat pemantauan dan pengendalian bahan kimia yang saat ini digunakan secara rutin dalam ribuan proses komersial.
Sebagian besar bahan kimia yang saat ini dihasilkan dan digunakan adalah bahan yang bermanfaat, tetapi sebagian juga berpotensi merusak kesehatan manusia, lingkungan, dan sikap masyarakat terhadap perusahaan kimia. Lembaga harus menyadari potensi penyalahgunaan secara tidak sengaja dan sengaja seperti terorisme atau perdagangan obatobatan ilegal. Laboratorium menghadapi sejumlah ancaman, termasuk pencurian informasi sensitif, peralatan bernilai tinggi, dan bahan kimia dengan “penggunaanganda” yang mungkin digunakan sebagai senjata.
Keamanan telah menjadi komponen penting pengoperasian laboratorium. Sistem keamanan laboratorium yang baik dapat mengurangi sejumlah risiko, seperti:
• Pencurian atau penyalahgunaan peralatan yang sangat penting atau bernilai tinggi;
• Pencurian atau penyalahgunaan bahan kimia atau bahan “penggunaanganda“ yang mungkin digunakan untuk kegiatan ilegal;
• Ancaman dari kelompok aktivis;
• Pelepasan atau pemaparan bahan berbahaya secara tidak sengaja atau sengaja;
• Sabotase bahan kimia atau peralatan bernilai tinggi;
• Publikasi informasi sensitif; dan
• Pekerjaan ilegal atau eksperimentasi laboratorium yang tidak sah.
Jenis dan tingkat sistem keamanan bergantung pada beberapa faktor, termasuk:
• Jenis ancaman yang diterima dan jumlah bahan dan peralatan;
1
• Pengetahuan kelompok atau individu yang memberikan ancaman;
• Riwayat pencurian, sabotase, dan kekerasan yang diarahkan ke atau di dekat laboratorium;
• Persyaratan atau panduan peraturan;
• Adanya sesuatu yang menarik perhatian; atau
• Masalah terkait “penggunaan-ganda“ atau keamanan informasi.
(Moran dan Masciangioli, 2010)
Penyelamatan dan pengamanan bahan kimia bisa mengurangi risiko-risiko ini. Budaya baru yang berisi kesadaran keselamatan dan keamanan, akuntabilitas, penataan, dan pendidikan telah berkembang di seluruh dunia di laboratorium milik industri kimia, pemerintah, dan lembaga pendidikan. Laboratorium telah mengembangkan prosedur dan peralatan khusus untuk menangani dan mengelola bahan kimia secara selamat dan aman. Pengembangan “budaya keselamatan dan keamanan” menghasilkan laboratorium yang aman dan sehat bagi lingkungan tempat kita mengajar, belajar, dan bekerja.

1.2. Mengelola Keamanan di Laboratorium
Komite pengawasan keselamatan dan keamanan kimia lembaga bertanggung jawab untuk membuat rencana keamanan menyeluruh. Orang yang bertanggung awab untuk mengelola keamanan di laboratorium harus mempunyai pengetahuan dasar minimal, memahami risiko dan kerentanan, dan mempunyai tingkat tanggung jawab dan kewenangan yang memadai.
Keamanan harus menjadi bagian integral dari program pelatihan keselamatan di laboratorium. Latih semua pegawai untuk memahami dan melaksanakan tindakan keamanan laboratorium, selain tindakan keselamatan. Banyak tindakan yang meningkatkan keselamatan juga meningkatkan keamanan, termasuk:
• Meminimalkan penggunaan bahan kimia berbahaya untuk mengurangi risiko;
• Meminimalkan persediaan bahan yang dimiliki;
Meminimalkan waktu penyimpanan yang diperlukan untuk bahan tersebut;
• Membatasi akses bagi mereka yang membutuhkan penggunaan bahan yang berbahaya dan memahami risiko keselamatan dan keamanan; dan
2
• Mengetahui apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat dan mengenali ancaman.
Pelaksanaan eksperimen yang selamat dan aman memerlukan praktik kerja yang mengurangi risiko dan melindungi kesehatan dan keselamatan pegawai laboratorium, sekaligus publik dan lingkungan. Bab ini membahas panduan umum pekerjaan laboratorium dengan bahan kimia berbahaya, tetapi tidak membahas prosedur pengoperasian standar khusus untuk masing-masing zat. Pegawai laboratorium harus melakukan pekerjaan mereka dalam rendah risiko, baik risiko yang disebabkan zat berbahaya yang dikenal maupun yang tidak dikenal. Praktik kerja umum dalam bab ini menunjukkan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut.
Empat prinsip yang mendasari semua praktik kerja yang dibahas dalam bab ini:
1. Rencanakan sebelumnya. Tentukan potensi bahaya yang terkait dengan eksperimen sebelum. Terapkan rencana untuk menangani limbah yang dihasilkan di laboratorium sebelum memulai pekerjaan apa pun.
2. Batasi paparan ke bahan kimia. Jangan sampai bahan kimia laboratorium bersentuhan dengan tubuh. Gunakan tudung kimia laboratorium dan perangkat ventilasi lainnya untuk mencegah paparan ke zat yang menyebar melalui udara kapan pun memungkinkan.
3. Jangan meremehkan risiko. Anggap campuran bahan kimia lebih beracun dibanding komponennya yang paling beracun. Perlakukan semua senyawa dan zat baru dari toksisitas tak dikenal sebagai zat beracun.
4. Bersiaplah jika kecelakaan terjadi. Sebelum memulai eksperimen, ketahui tindakan tertentu yang harus diambil jika terjadi pelepasan zat berbahaya secara tidak disengaja. Ketahui lokasi semua peralatan keselamatan dan alarm kebakaran serta telepon terdekat, dan ketahui nomor telepon yang harus dihubungi dan orang yang harus diberi tahu jika terjadi keadaan darurat. Bersiaplah untuk memberikan tindakan darurat dasar. Selalu beri tahukan kegiatan Anda kepada rekan kerja agar mereka dapat menanggapi dengan semestinya.































3
BAB II
PENGELOLAAN ZAT KIMIA
UNTUK MENJAMIN KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM

Penanganan bahan kimia yang tidak dilakukan dengan pengetahuan terhadap karakter zat kimia tersebut akan menimbulkan resiko bahaya terhadap keselamatan kerja dilaboratorium. Oleh karena itu pada bagian ini akan dibahas strategi pengelolaan zat kimia untuk menjamin keselamatan kerja di laboratorium.

2.1. Pengenalan Bahan – Bahan Kimia
Bahan kimia yang ada di laboratorium jumlahnya relatif banyak seperti halnya jumlah peralatan. Di samping jumlahnya cukup banyak juga bahan kimia dapat menimbulkan resiko bahaya cukup tinggi, oleh karena itu dalam pengelolaan laboratorium aspek penyimpanan, penataan dan pemeliharaan bahan kimia merupakan bagian penting yang harus diperhatikan. Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information). Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis tidaklah tepat, kebutuhan itu hanya diperlukan untuk melakukan proses pengadministrasian. Pengurutan secara alfabetis akan lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya.
Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, ledakan, atau degradasi kimia. Banyak bahan kimia yang memiliki sifat lebih dari satu jenis tingkat bahaya. Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko bahayanya yang paling tinggi. Misalnya benzene memiliki sifat flammable dan toxic. Sifat dapat terbakar dipandang memiliki resiko

4
lebih tinggi daripada timbulnya karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena harus ditempatkan pada cabinet tempat menyimpan zat cair flammable daripada disimpan pada cabinet bahan toxic.
Berikut ini merupakan panduan umum untuk mengurutkan tingkat bahaya bahan kimia dalam kaitan dengan penyimpanannya:

Wadah bahan kimia dan lokasi penyimpanan harus diberi label yang jelas. Label wadah harus mencantumkan nama bahan, tingkat bahaya, tanggal diterima dan dipakai. Alangkah baiknya jika tempat penyimpanan masing-masing kelompok bahan tersebut diberi label dengan warna berbeda. Misalnya warna merah untuk bahan flammable, kuning untuk bahan oksidator, biru untuk bahan toksik, putih untuk bahan korosif, dan hijau untuk bahan yang bahayanya rendah. label bahan flammable label bahan oksidator label bahan toksik label bahan korosif label bahan dengan tingkat bahaya rendah Di samping pemberian label pada lokasi penyimpanan, pelabelan pada botol reagen jauh lebih penting. Informasi yang harusdicantumkan pada botol reagen diantaranya :


5
Di samping pemberian label pada lokasi penyimpanan, pelabelan pada botol reagen jauh lebih penting. Informasi yang harus dicantumkan pada botol reagen diantaranya : Nama kimia dan rumusnya, konsentrasi, Tanggal penerimaan, Tanggal pembuatan, Nama orang yang membuat reagen, Lama hidup, Tingkat bahaya, Klasifikasi lokasi penyimpanan, Nama dan alamat pabrik, Sebaiknya bahan kimia ditempatkan pada fasilitas penyimpanan secara tertutup seperti dalam cabinet, loker, dsb. Tempat penyimpanan harus bersih, kering dan jauh dari sumber panas atau kena sengatan sinar matahari. Di samping itu tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar ruangan (Widhy, 2009).

2.2. Pengenalan Simbol Bahaya (Hazard Symbol)
Berikut ini beberapa symbol bahan kimia dan penjelasan tentang sifat dan bahaya dari bahan kimia yang diberi label dengan symbol tersebut:

a. Harmful (Berbahaya).
.
Bahan kimia iritan menyebabkan luka bakar pada kulit, berlendir, mengganggu sistem pernafasan. Semua bahan kimia mempunyai sifat seperti ini (harmful) khususnya bila kontak dengan kulit, dihirup atau ditelan.

b. Toxic (beracun)
.
Produk ini dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius bila bahan kimia tersebut masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, menghirup uap, bau atau debu, atau penyerapan melalui kulit.


6
c. Corrosive (korosif)

Produk ini dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal bahkan dapat menyebabkan kulit mengelupas. Awas! Jangan sampai terpercik pada
Mata.

d. Flammable (Mudah terbakar)

Senyawa ini memiliki titik nyala rendah dan bahan yang bereaksi dengan air atau membasahi udara (berkabut) untuk menghasilkan gas yang mudah terbakar (seperti
misalnya hidrogen) dari hidrida metal. Sumber nyala dapat dari api bunsen, permukaan metal panas, loncatan bunga api.

e. Explosive (mudah meledak)

Produk ini dapat meledak dengan adanya panas, percikan bunga api, guncangan atau gesekan. Beberapa senyawa membentuk garam yang eksplosif pada kontak (singgungan dengan logam/metal).






7
f. Oxidator (Pengoksidasi)

Senyawa ini dapat menyebabkan kebakaran. Senyawa ini menghasilkan panas pada kontak dengan bahan organik dan agen pereduksi (reduktor) api listrik, dan lain-lain.

2.3. Jenis Kecelakaan di Laboratorium dan Pencegahannya
Kecelakaan bisa saja terjadi di laboratorium. Beberapa jenis kecelakaan yang sering terjadi dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti :

(Widhy, 2009)
2.4. Cara Menyimpan Bahan Kimia
Cara menyimpan bahan Laboratorium dengan memperhatikan kaidah penyimpanan, seperti halnya pada penyimpanan alat laboratorium. Sifat masing-masing bahan harus diketahui sebelum melakukan penyimpanan, seperti:
1. Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol plastik.
8
2. Bahan yang dapat bereaksi dengan plastik sebaiknya disimpan dalam botol kaca.
3. Bahan yang dapat berubah ketika terkenan matahari langsung, sebaiknya disimpan dalam botol gelap dan diletakkan dalam lemari tertutup. Sedangkan bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara langsung dalam disimpan dalam botol berwarna bening.
4. Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan lainnya.
5. Penyimpanan bahan sebaiknya dalam botol induk yang berukuran besar dan dapat pula menggunakan botol berkran. Pengambilan bahan kimia dari botol sebaiknya secukupnya saja sesuai kebutuhan praktikum pada saat itu. Sisa bahan praktikum disimpam dalam botol kecil, jangan dikembalikan pada botol induk. Hal ini untuk menghindari rusaknya bahan dalam botol induk karena bahan sisa praktikum mungkin sudah rusak atau tidak murni lagi.
6. Bahan disimpan dalam botol yang diberi simbol karakteristik masing-masing bahan
Sebaiknya bahan kimia ditempatkan pada fasilitas penyimpanan secara tertutup seperti dalam cabinet, loker, dsb. Tempat penyimpanan harus bersih, kering dan jauh dari sumber panas atau kena sengatan sinar matahari. Di samping itu tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar ruangan.
Bahan kimia cair yang berbahaya harus disimpan pula dalam wadah sekunder seperti baki plastik untuk mencegah timbulnya kecelakaan akibat bocor atau pecah. Wadah sekunder yang diperlukan harus didasarkan atas ukuran wadah yang langsung diisi bahan kimia, tidak atas dasar volume bahan cair yang ada dalam wadahnya. Ukuran wadah bahan primer yang perlu disediakan wadah sekundernya yaitu :
1. Cairan radioaktif ketika wadah berukuran  250 mL
2. Semua cairan berbahaya lain untuk wadah  2,5 L
Secara umum pengelompokkan bahan berbahaya yang memerlukan wadah sekunder adalah :
1. Cairan flammable dan combustible serta pelarut terhalogenasi
9
misalnya alkohol, eter, trikloroetan, perkloroetan dsb.
2. Asam-asam mineral pekat misalnya asam nitrat, asam klorida, asam sulfat, asam florida, asam fosfat dsb.
3. Basa-basa pekat misalnya amonium hidroksida, natrium hidroksida, dan kalium hidroksida.
4. Bahan radioaktif

Bahan kimia kadaluarsa, bahan kimia yang tidak diperlukan, dan bahan kimia yang rusak harus dibuang melalui unit pengelolaan limbah. Ingat bahwa biaya pembuangan bahan kimia akan meningkat jika ditunggu sampai waktu cukup lama, oleh karena itu limbah kimia harus dibersihkan setiap saat.

2.5. Inventarisasi Bahan Kimia
Inventarisasi harus dilakukan terhadap bahan kimia yang ada di laboratorium. Perbaharui label-label yang rusak secara secara periodik. Inventarisasi harus melibatkan nama bahan, rumus, jumlah, kualitas, lokasi penyimpanan, dan tanggal penerimaan, nama industri, bahaya terhadap kesehatan, bahaya fisik, lama dan pendeknya bahaya terhadap kesehatan.
Di suatu laboratorium, MSDS (Materials Safety Data Sheets) atau sumber lain yang memberikan informasi tentang resiko bahaya dari setiap bahan harus ada. Hubungi rumah sakit terdekat untuk mendapatkan informasi itu, atau jalin hubungan dengan Rumah Sakit untuk mempermudah penanganan jika terjadi kecelakaan di laboratorium. Di dalam MSDS biasanya terdapat informasi tentang nama produk dan industri, komposisi bahan, identifikasi tingkat bahaya, pertolongan pertama bila terkena bahan itu, cara menangani kecelakaan, penanganan dan penyimpanan, cara perlindungan fisik, kestabilan dan kereaktifan, informasi toksikologi, ekologi, transportasi, pembuangan dan aturan pemerintah yang diberlakukan.
Pengadministrasian laboratorium dimaksudkan adalah suatu proses pencatatan atau inventarisasi fasilitas dan aktifitas laboratorium. Dengan pengadministrasian yang tepat semua fasilitas dan aktifitas laboratorium dapat terorganisir dengan sistematis. Sistem pengadministrasian yang baik merupakan kunci dalam meningkatkan kelancaran berbagai aspek pengelolaan laboratorium.
10
Misalnya dalam merencanakan pengadaan alat dan bahan, mengendalikan efisiensi penggunaan budget, memperlancar pelaksanaan praktikum, penyusunan laporan yang objektif, maupun dalam mengawasi dan melindungi kekayaan laboratorium. Mengingat laboratorium merupakan investasi sektor pendidikan yang relatif mahal, sudah sewajarnya sistem pengadministrasiannya harus dikelola dengan penuh tanggung jawab.

2.6. Prosedur Umum untuk Bekerja dengan Bahan Kimia Berbahaya
Berhati-hatilah untuk menghindari cara paparan paling umum: kontak kulit dan mata, penghirupan, dan pencernaan. Metode yang dianjurkan untuk mengurangi
paparan bahan kimia, menurut urutan preferensi, adalah sebagai berikut:
1. Penggantian dengan bahan atau proses yang tidak begitu berbahaya
2. Kendali teknik
3. Kendali administratif
4. Peralatan pelindung diri
Kendali teknik adalah tindakan yang menghilangkan, memisahkan, atau mengurangi paparan ke bahaya kimia atau fi sik melalui penggunaan berbagai perangkat. Contohnya antara lain tudung kimia laboratorium dan sistem ventilasi lainnya, pelindung, barikade, dan interlock. Kendali teknik harus menjadi lini pertahanan pertama dan utama untuk melindungi pegawai dan properti. PPE tidak boleh digunakan sebagai lini perlindungan pertama. Misalnya, respirator pribadi tidak boleh digunakan untuk mencegah penghirupan uap jika tudung kimia laboratorium (sebelumnya disebut tudung asap) tersedia.
Pelindung mata wajib digunakan oleh semua pegawai dan pengunjung di seluruh lokasi tempat bahan kimia disimpan atau digunakan, baik seseorang benarbenar melakukan operasi kimia maupun tidak. Sediakan pelindung mata untuk semua pengunjung di pintu masuk semua laboratorium. Peneliti harus menilai risiko yang terkait dengan eksperimen dan menggunakan tingkat perlindungan mata yang sesuai. Operasi yang berisiko ledakan atau menyebabkan kemungkinan proyektil harus memiliki kendali teknik sebagai lini perlindungan pertama. Lensa kontak tidak memberi perlindungan terhadap cedera mata dan bukan merupakan pengganti kaca
11
mata keselamatan atau kaca mata percikan bahan kimia. Lensa kontak tidak boleh digunakan jika ada kemungkinan terjadinya paparan ke uap kimia, percikan bahan kimia, atau debu bahan kimia. Lensa kontak dapat rusak dalam kondisi semacam ini.
Di laboratorium, jangan izinkan makan, minum, merokok, mengunyah permen karet, menggunakan kosmetik, dan meminum obat di tempat bahan kimia berbahaya digunakan; menyimpan makanan, minuman, cangkir, dan peralatan makan dan minum lainnya di tempat bahan kimia ditangani atau disimpan; penyiapan atau konsumsi makanan atau minuman dalam peralatan dari kaca yang digunakan untuk operasi laboratorium; penyimpanan atau penyiapan makanan di lemari es, peti es, ruang dingin, dan oven laboratorium; penggunaan sumber air laboratorium dan air laboratorium demineral sebagai air minum; mengecap bahan kimia laboratorium; dan pemipetan dengan mulut (bola pipet, aspirator, atau perangkat mekanik harus digunakan untuk memipet bahan kimia atau memulai sifon). Cuci tangan dengan sabun dan air segera setelah bekerja dengan bahan kimia laboratorium apa pun, meski sudah mengenakan sarung tangan.
Endus bahan kimia hanya dalam situasi tertentu yang terkendali. Jangan sekali-kali mengendus bahan kimia beracun atau senyawa dengan toksisitas tidak diketahui. Lakukan semua prosedur yang melibatkan zat beracun yang mudah menguap dan semua operasi yang melibatkan zat beracun padat atau cair yang dapat mengakibatkan pembentukan aerosol di bawah tudung Respirator pemurni udara harus digunakan dengan beberapa bahan kimia jika kendali teknik tidak dapat
mencegah paparan. Pelatihan signifi kan diperlukan untuk penggunaan respirator.
Dalam latar terkendali, instruktur dapat meminta siswa mengendus isi wadah. Dalam kasus semacam itu, periksa dulu bahan kimia yang diendus untuk memastikannya
aman. Jika diperintahkan untuk mengendus bahan kimia, perlahan arahkan uap ke hidung Anda dengan selembar kertas yang dilipat. Jangan menghirup uap secara langsung. Jangan menggunakan tudung kimia laboratorium untuk pembuangan bahan yang mudah menguap dan berbahaya melalui evaporasi. Bahan semacam itu
harus diperlakukan sebagai limbah kimia dan dibuang dalam wadah yang sesuai menuut prosedur lembaga dan peraturan pemerintah (lihat Bab 11 untuk informasi
lebih lanjut tentang mengelola limbah).
12
Kenakan sarung tangan kapan pun Anda menangani bahan kimia berbahaya, benda dengan tepi tajam, bahan yang sangat panas atau sangat dingin, bahan kimia
beracun, dan zat dengan toksisitas tidak diketahui. Tidak ada satu bahan sarung tangan yang memberikan perlindungan untuk semua penggunaan.
Panduan umum berikut berlaku untuk pemilihan dan penggunaan sarung
tangan pelindung:
1. Pilih sarung tangan dengan hati-hati untuk memastikan bahwa sarung tangan tidak dapat dilalui bahan kimia yang digunakan dan memiliki ketebalan yang tepat untuk memungkinkan keterampilan yang wajar sekaligus member perlindungan penghalang yang memadai. Secara umum, sarung tangan nitril sesuai untuk kontak insidental dengan bahan kimia. Baik sarung tangan nitril maupun lateks member perlindungan minimal dari pelarut berklorin dan tidak boleh digunakan dengan asam yang beroksidasi atau korosif. Sarung tangan lateks melindungi terhadap bahaya biologis tetapi menawarkan perlindungan kurang baik terhadap asam, basa, dan sebagian besar pelarut organik. Selain itu, lateks dianggap sebagai pemeka dan memicu reaksi alergi pada beberapa individu. Sarung tangan neoprena dan karet dengan penambahan ketebalan dianjurkan untuk digunakan dengan sebagian besar bahan tajam dan berasam. Sarung tangan kulit sesuai untuk menangani peralatan dari kaca yang pecah dan memasukkan tabung ke sumbat, dimana perlindungan dari bahan kimia tidak diperlukan. Sarung tangan berinsulasi harus digunakan saat bekerja dengan bahan yang sangat panas atau sangat dingin.
2. Jangan menggunakan sarung tangan yang sudah kedaluwarsa. Kualitas sarung tangan menurun dari waktu ke waktu, bahkan dalam kotak yang tidak dibuka.
3. Periksa sarung tangan untuk menemukan lubang kecil, robekan, dan tanda penurunan kualitas sebelum digunakan.
4. Cuci sarung tangan dengan benar sebelum melepasnya. (Catatan: Beberapa sarung tangan, seperti kulit dan polivinil alkohol, dapat menyerap air. Jika tidak dilapisi dengan lapisan pelindung, sarung tangan polivinil alkohol akan menurun kualitasnya jika terkena air.)
5. Cuci dan periksa sarung tangan pakai ulang setiap sebelum dan setelah

13
digunakan. Ganti sarung tangan secara berkala karena kualitasnya menurun bila
sering digunakan, tergantung frekuensi penggunaan dan karakteristik perembesan dan penurunan kualitasnya relatif terhadap zat yang ditangani.
6. Sarung tangan yang dapat terkontaminasi bahan beracun harus dijauhkan dari area terdekat (biasanya tudung kimia laboratorium) tempat bahan kimia diletakkan. Sarung tangan ini lebih baik digunakan di luar laboratorium atau saat menangani item yang sering digunakan, seperti gagang pintu, telepon, saklar, bolpoin, dan keyboard komputer.
7. Kenakan dua pasang sarung tangan jika satu bahan sarung tangan tidak memberi perlindungan memadai untuk semua bahaya yang ditemukan dalam operasi yang dilakukan. Misalnya, operasi yang melibatkan bahaya kimia dan benda tajam mungkin memerlukan kombinasi penggunaan sarung tangan tahan bahan kimia (butil, viton, neoprena) dan sarung tangan tidak mudah sobek (kulit, Kevlar, dll.).
8. Jika tidak digunakan, simpan sarung tangan di laboratorium tetapi tidak di dekat bahan yang mudah menguap. Untuk mencegah kontaminasi, jangan menyimpan sarung tangan di kantor, ruang istirahat, atau ruang makan siang.
9. Pegawai yang diketahui mengidap alergi lateks tidak boleh menggunakan sarung tangan lateks dan harus menghindari bekerja di area tempat sarung tangan lateks digunakan.

2.7. Mengurangi Bahaya Penggunaan-Ganda Bahan Laboratorium
Berbagai reagen laboratorium yang berbahaya memberikan ancaman keselamatan yang lebih besar dikarenakan risiko terorisme dan produksi obat-obatan terlarang. Penting untuk menyadari potensi penyalahgunaan bahan kimia laboratorium untuk penggunaan-berganda atau multi-penggunaan secara sengaja.
Keamanan laboratorium harus berfokus pada berbagai bahan penggunaan-ganda, termasuk agen biologi, seperti patogen hidup dan racun biologi, reagen sintetis, dan racun kimia. Keamanan juga harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa laboratorium itu sendiri dapat digunakan untuk sintesis zat-zat teror yang terlarang.


15
Ambil langkah-langkah berikut untuk mengurangi risiko pencurian atau bahan kimia dengan penggunaan-ganda
1. Tinjau secara periodik dan hati-hati berbagai pengendalian akses laboratorium ke daerah penggunaan atau penyimpanan agen penggunaan-ganda.
2. Batasi jumlah pegawai laboratorium yang mempunyai akses ke agen penggunaan-ganda.
3. Berikan pelatihan untuk semua pegawai laboratorium yang mempunyai akses ke zat-zat ini, termasuk diskusi risiko penggunaan-ganda.
4. Tetap waspada dan sadari kemungkinan pemindahan bahan kimia apa pun untuk tujuan yang terlarang dan ketahui cara melaporkan kegiatan tersebut ke orang yang bertanggung jawab.
5. Lakukan pencatatan inventaris untuk bahan-bahan ini
6. Jika kendali akses elektronik sudah ada, buat catatan tentang siapa saja yang mendapatkan akses ke area penggunaan atau penyimpanan bahan penggunaan-ganda.

2.8. Bahan Kimia Yang Bisa digunakan Untuk Penggunaan-Ganda
Bahan kimia dalam berikut ini digunakan untuk memberikan contoh berbagai bahan kimia dengan penggunaan-ganda.
• aseton
• amonia
• hidrokarbon berklorin
• klorin
• sianogen klorida
• etanol
• hidrogen peroksida
• osmium tetroksida
• fosgen
• natrium azida
• natrium sianida
• asam nitrat

16
BAB III
KESIMPULAN

Penyelamatan dan pengamanan bahan kimia bisa mengurangi risiko-risiko ini. Tindakan yang meningkatkan keselamatan juga meningkatkan keamanan, termasuk:
• Meminimalkan penggunaan bahan kimia berbahaya untuk mengurangi risiko;
• Meminimalkan persediaan bahan yang dimiliki;
• Meminimalkan waktu penyimpanan yang diperlukan untuk bahan tersebut;
• Membatasi akses bagi mereka yang membutuhkan penggunaan bahan yang berbahaya dan memahami risiko keselamatan dan keamanan; dan
• Mengetahui apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat dan mengenali ancaman.
Ada empat prinsip yang mendasari semua praktik kerja dengan zat kimia:
1. Rencanakan sebelumnya.
2. Batasi paparan ke bahan kimia.
3. Jangan meremehkan risiko.
4. Bersiaplah jika kecelakaan terjadi.
Urutan tingkat bahaya bahan kimia dalam kaitan dengan penyimpanannya:

Cara menyimpan bahan Laboratorium dengan memperhatikan kaidah penyimpanan, seperti halnya pada penyimpanan alat laboratorium. Sifat masing-masing bahan harus diketahui sebelum melakukan penyimpanan, seperti:
7. Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol plastik.
8. Bahan yang dapat bereaksi dengan plastik sebaiknya disimpan dalam botol kaca.
17
9. Bahan yang dapat berubah ketika terkenan matahari langsung, sebaiknya disimpan dalam botol gelap dan diletakkan dalam lemari tertutup. Sedangkan bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara langsung dalam disimpan dalam botol berwarna bening.
10. Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan lainnya.
11. Penyimpanan bahan sebaiknya dalam botol induk yang berukuran besar dan dapat pula menggunakan botol berkran. Pengambilan bahan kimia dari botol sebaiknya secukupnya saja sesuai kebutuhan praktikum pada saat itu. Sisa bahan praktikum disimpam dalam botol kecil, jangan dikembalikan pada botol induk. Hal ini untuk menghindari rusaknya bahan dalam botol induk karena bahan sisa praktikum mungkin sudah rusak atau tidak murni lagi.
Bahan disimpan dalam botol yang diberi simbol karakteristik masing-masing bahan

















18
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2002), Pedoman Pengelolaan Bahan Kimia, Modul Pelatihan Pengelolaan Bahan Kimia yang diselenggarakan oleh Proyek GTZ, Yogyakarta

Hadiat (Ed.). (1984). Pedoman Pengelolaan Laboratorium IPA, Pegangan
Guru. Proyek Pengadaan Buku. Depdikbud.

Lasut. R, (2006). Implementasi manajemen bahan Kimia dan Limbah Laboratorium Kimia. Tesis , Universitas Diponegoro, Semarang.

Lubis, M, (1993), Pengelolaan Laboratorium IPA, Universitas Terbuka, Jakarta.

Moran. L dan Masciangioli. T. (2010). Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia. The National academies Press. Washington.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional R.I. Tentang Standart Tenaga
Laboratorium Sekolah/ Madrasah. No. 26 Tahun 2008

Saleh. H. Emha, (2002), Pedoman Penggunaan Laboratorium Sekolah, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Susanti, E., 1999, Teknis penyimpanan Bahan Kimia dan Pembuangan Limbahnya, Media Komunikasi kimia, no.1 tahun 3, Kimia FPMIPA Ikip Malang Malang Hal 36 -53

Tahir.I, kairi. M, Supraptiningsih, (2003), Evaluasi dan Rencana Tindak Pengelolaan di Industri, Lokakarya Pengelolaan Bahan Kimia PSLH-GTZ, Yogyakarta.

Widhy. P. (2009). Alat dan Bahan Kimia dalam Laboratortium IPA. FMIPA UNY.. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar